Google

Monday, May 30, 2011

MENJADI TIM SUKSES SIMPPSDMK

Selama 3 hari, sejak hari Kamis-Sabtu, 12-14 Mei 2011 yang lalu, saya mendapat tugas dari kantor utk mengikuti "Pertemuan Peningkatan Kemampuan Tim Asistensi UPT Badan PPSDMK dalam Operasional Basis Data SDMK Tahun 2011". Pertemuan tsb berlangsung di Hotel Grand Pasundan, Jl. Peta No 147-149 (Lingkar Selatan) Bandung.

Setelah sempat mengalami tarik-ulur tentang siapa yg semestinya berangkat ke pertemuan tsb, apakah rekan kantor yg mengurusi data & informasi kepegawaian Poltekkes Ykt / kami berdua?! Akhirnya diputuskan bahwa yang berangkat tetap saya dan Bpk Handoko R, SKp sebagai Ka. Unit Komputer Poltekkes Ykt. Yah, mungkin itulah yg disebut "rejeki", kalo sdh jatah kita, takkan ada yg akan mengambil alihnya.

Pertemuan ini diprakarsai oleh Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan, dihadiri oleh perwakilan Pusat-pusat di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan serta perwakilan dari 30 Poltekkes Kemenkes dan 4 Program Studi dengan jumlah 66 orang peserta (termasuk kami berdua dari Poltekkes Ykt).

Kami berangkat Pergi-Pulang (P-P) Yogyakarta-Bandung dgn pesawat Wings Air bermesin baling2. Ini menjadi pengalaman pertama terbang dgn pesawat bermesin baling2. Alhamdulillah tidak ada masalah dgn penerbangan yg telah dilalui, meskipun sempat cemas juga mendengar berita terkini tentang jatuhnya pesawat bermesin baling2 MA-60 PK MZK milik maskapai Merpati Nusantara yang hancur setelah jatuh sekitar 500 m sebelum mendarat di Bandara Kaimana, Papua Barat, Minggu (8/5). Pesawat yang membawa 27 penumpang tersebut jatuh di perairan Teluk Kamrauw, dan dipastikan semua penumpangnya tewas.

Penerbangan perdana dgn pesawat bermesin baling2.

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Tim Asistensi UPT Badan PPSDMK dalam Operasional Basis Data SDMK Tahun 2011 ini dibuka oleh Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan Bapak Suhardjono, SE, MM pd malam Jum'at. Disini peserta dikenalkan dgn berbagai peraturan, kebijakan terkait pendataan dan pemanfaatan data/informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan, serta instalasi dan pengenalan SIMPPSDMK offline dan online. Para peserta tampak antusias mengikutinya, terutama dlm hal instalasi dan pengenalan SIMPPSDMK offline dan online, karena langsung mempraktekkan SIMPPSDMK dgn laptop nya masing2.

Direktur Poltekkes Bandung-Sekretaris Badan PPSDM Kes dan Ketua Panitia saat pembukaan pertemuan.

Susana dalam ruang pertemuan Hotel Grand Pasundan yg nyaman

Disini pula saya dpt bertemu kembali dgn seorang teman (Bpk. Susilo Wirawan, SKM, MPH) sesama lulusan S2 SIMKES UGM angkatan 2007 yg bertugas di Poltekkes Kemenkes Mataram.

Di akhir kegiatan pertemuan, para peserta mendapat tugas/amanah untuk membantu Badan PPPSDM Kesehatan sebagai Tim Asistensi Pengelola Data SDMK di propinsi dan kabupaten/ kotanya masing2. Untuk keperluan itu, akan diterbitkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK). Tim tsb -sebagaimana draft yg telah disampaikan- akan bertugas untuk :
  1. Melakukan asistensi dan fasilitasi pengumpulan data Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada pemerintah, meliputi Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota;
  2. Melaksanakan Pengolahan Data;
  3. Melaksanakan Analisis Data; dan
  4. Membuat Laporan.
Dalam rangka menjalin hubungan dan tukar menukar informasi di antara peserta pertemuan tsb, panitia juga telah menyediakan jalur komunikasi via internet, baik email maupun account FaceBook di alamat TIM SISTEM INFORMASI BADAN PPSDMK.

Semoga kami yg telah dilatih dlm mengaplikasikan SIMPPSDMK ini dpt berhasil menjadi Tim Sukses bagi Pengelolaan Data SDMK Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI... Amin...!

Labels: ,

Sunday, May 15, 2011

PROGRAM KONVERSI PENUH KONTROVERSI

Dihari libur, iseng2 ngecek foto2 yg di-tag ke facebook ku, ternyata ada sebuah foto yg sangat menggelitik/ Lucu tenan ! (Salut utk ide kreatifnya). Foto ini mengkritik maraknya ledakan tabung gas 3 kg yg dibagikan Pertamina dlm program konversi minyak tanah ke LPG.

Peluncur roket dgn peluru tabung gas 3 kg.

Kebijakan Energi Nasional diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 5 Tahun 2006. Kebijakan tersebut dikeluarkan dalam rangka menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Pemerintah kemudian mengadakan program konversi minyak tanah ke elpiji. Pemerintah mempercepat program konversi minyak tanah ke elpiji dari sebelumnya hingga 2010 menjadi paling cepat 2009. Target rumah tangga yang menjadi sasaran konversi hingga 2009 mencapai 40 juta kepala rumah tangga (KK). Setiap KK mendapat seperangkat kompor gas dan tabung gas elpiji ukuran 3 kg. Tujuan dari program tersebut tiada lain utk mengurangi ketergantungan akan penggunaan minyak bumi dan mengurangi subsidi minyak tanah.

Direncanakan tahun 2010 merupakan tahun terakhir program konversi minyak tanah (mitan) ke LPG. Rencananya paket konversi akan didistribusikan sekitar 9,3 juta hingga 10 juta paket.

Adapun wilayah-wilayah yang menjadi sasaran program konversi pada 2010 di antaranya Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, serta NTB hanya di Lombok. Terkait dengan konversi tersebut, Pertamina berhasil melakukan penarikan minyak tanah sebesar 5,21 jta kiloliter (KL). Sedangkan target sebesar 4,1 juta atau lebih dari 125 persen.

Daerah-daerah yang sudah selesai konversi dan dinyatakan dry minyak tanah di antaranya Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan DI Yogyakarta. Sementara daerah lain yang juga sudah selesai konversi tetapi ada beberapa daerah yang belum ditarik minyak tanahnya, yaitu Jawa Tengah dan Bali.

Menyusul maraknya kasus ledakan kompor gas ukuran 3 kg tsb diberbagai daerah, dan telah merenggut nyawa banyak penduduk maka ada yg kemudian memplesetkan program konversi minyak tanah ke elpiji ini sbg program .... pembatasan kepadatan penduduk. Tabung gas ukuran 3 kg inipun kemudian dijuluki sbg "senjata pemusnah massal Indonesia" / "Si Buto Ijo".

Tabung gas LPG ukuran 3 kg memang tidak standar, karena hanya ada & beredar di Indonesia. Ukuran tabung gas LPG yg standar adalah ukuran 12 kg.

Sejumlah masyarakat penerima diberbagai daerah lebih memilih menjualnya kepada pihak lain seharga antara Rp 25 ribu-Rp 50 ribu pertabung, daripada menggunakan untuk keperluan sehari-hari. Penjualan tabung gas elpiji ukuran 3 kg ini karena masyarakat memiliki kekhawatiran peristiwa kebakaran rumah akibat ledakan tabung di beberapa daerah di Indonesia juga menimpa mereka.

Referensi:
  1. http://www.detikfinance.com/read/2008/12/23/192017/1058612/4/program-konversi-minyak-tanah-dipercepat-jadi-2009
  2. http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/01/05/kerja-keras-konversi-minyak-tanah-ke-lpg/
  3. http://www.tambangnews.com/berita/daerah/1382-takut-masyarakat-lobar-jual-tabung-gas-lpg-3-kg-.html

Labels: ,