Google

Saturday, May 24, 2008

Antara Proses dan Hasil, Mana yang lebih penting ?

Kalau kita terlalu mementingkan hasil, maka kita akan kecewa, mudah emosional, ingin cepat selesai, beres semua tugas/amanah yang ada.

Menurut saya, Yang penting adalah proses, selama kita melakukannya dengan baik, benar, halus, sopan, dan profesional Insya ALLAH hasilnya akan memuaskan/baik.
"Luruskan niat, Sempurnakan ikhtiar/proses," kata Aa Gym. Karena proseslah yang membedakan antara seorang amatir dan professional.

Allah SWT sendiri tidaklah melihat/akan mempertanyakan hasil apa yang kita capai dari usaha itu, tapi apa yang telah kita lakukan dan bagaimana kita memperoleh hasil tsb ? Apakah penuh dengan tipu muslihat, maksiat, dan mungkarat/ sebaliknya: sesuai tuntunan syariat dan penuh bermartabat.
Apapun hasilnya yang penting kita sudah berusaha/berproses secara optimal/ bahkan maksimal. Soal hasil kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT (tawakkal,red.)

Pada banyak kejadian dalam konteks kehidupan ini kita sering melihat, Proses terkadang diabaikan untuk mencapai hasil.

Contoh sederhana:
1. Seorang bapak/ibu memberikan instruksi kpd anaknya.
Jika sang bapak/ibu hanya berorientasi kepada Hasil, maka pastilah ia ingin supaya anaknya segera melakukan terhadap apa yang diinstruksikan dengan manut/ nurut/ tdk membantah. Akibatnya, ketika si anak tidak jua melakukan instruksi tsb, orang tua menjadi serba emosional, mengancam, bahkan menyakiti si anak dengan kata dan juga secara fisik (mencubit/memukul/menjewer telinga, dll). Padahal ini bukannya membuat si anak menjadi menurut, malah makin membangkang & tidak hormat kepada ortu. Anak perlu waktu untuk melakukan instruksi itu, orang tua perlu kesabaran & kecintaan untuk mempersuasi anak agar melakukan instruksi.
Jika tidak, pastilah seperti kalimat Dorothy Law Nolte yang sudah sangat populer dalam dunia pendidikan anak, yaitu :
"jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan"

2. Seorang siswa/mhs akan mengikuti ujian semester
Jika sang siswa/mhs hanya berorientasi/ terfokus pada hasil akhir (mendpt nilai "A",red) maka secara tidak sadar, siswa/mhs tsb mulai tertekan, ia akan melakukan segala cara -halal dan tidak halal- untuk mendapatkan nilai terbaik itu, membuat kepek'an, berbuat curang, nyontek jawaban temannya yang pinter (kebetulan tidak ketahuan), atau menyogok (kebetulan pengajar/pengawas ujiannya bisa disogok), dll.

Padahal dalam UU disebutkan bahwa faktor kelulusan seorang siswa bukan hanya pada nilai akhirnya saja, melainkan juga mencakup proses dari pembelajaran siswa tersebut.

3. Seorang mhs ingin cepat selesai kuliahnya,
Jika ia hanya berorientasi pd hasil (cepat lulus/wisuda) tanpa memperhatikan proses perkuliahannya, maka bisa jadi dlm menyelesaikan skripsi/thesis ia mengupah orang lain/biro jasa utk mengerjakannya, "mendengkul"/memanipulasi data2 penelitiannya agar hasilnya sesuai yg diinginkan/bermakna, bahkan ia akan melakukan plagiarism (pembajakan/penjiplakan) skripsi/thesis mhs dari PT/Universitas lain. (kalau di Yogyakarta dengan mudah bisa
ditemui di kawasan toko buku Shopping Center, Selatan Pasar Beringharjo, red.)

4. Sebuah klub sepak bola mengikuti turnamen.
jika klub tsb hanya terfokus pada hasil akhir (mendpt kemenangan demi kemenangan dan piala kejuaraan,red) maka bisa jadi pemain akan stress sebelum bertanding, target menang memang harus ada, namun haruslah realistis, agar tidak terjebak mistis, mengundang dukun/paranormal untuk membentengi gawang sendiri dari serangan bola lawan, melemahkan pemain/kiper lawan saat pertandingan, dll.

Tentu masih banyak contoh-contoh lainnya. Jadi disini jelaslah bahwa proses sangat perlu kita perhatikan. Ibaratnya seperti kalau kita suka nonton bola, coba pilih :
a. TV menayangkan langsung SCORE (saja) hasil pertandingan MU vs Chelsea, atau
b. TV menayangkan langsung pertandingan tersebut sejak peluit awal sampai peluit panjang
Tentu jawabannya yang b khan?!

Oleh karena itu marilah kita sebagai individu dan masyarakat mulai menghargai proses bagaimana seseorang mencapai suatu hasil dan jangan selalu menilai hasil akhir.

alhiko@yahoo.com (Diolah dari berbagai sumber)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home