Google

Friday, April 25, 2008

Mengunjungi Museum sebagai metode pendidikan efektif

(Berpose didepan Rudal dan pintu Museum)

Museum termasuk dalam fasilitas yang wajib ada sebagai pusat belajar masyarakat. MEXT (Kementerian Pendidikan Jepang) mengkategorikan museum sebagai fasilitas belajar pendidikan sosial.
``Dengan melihat koleksi di museum, sebenarnya kita bisa tahu seperti apa wajah suatu bangsa di masa lalu dan yang akan datang``

Pada hari Ahad, 20 April 2008 keluarga kami (Abd. Hadi. K, Rohmah Insyatun dan Hanif Abd. Karim Afandi) berkesempatan mengunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Manggala, yang berlokasi di Komplek TNI AU Bandara Adi Sucipto Jl. Solo, Yogyakarta.

(Istri dan putra I kami berpose di samping pesawat Jet)

Ini merupakan pengalaman pertama bagi kami sekeluarga. Meskipun saya sendiri sudah bermukim di Yogyakarta sejak tahun 1992 lalu, namun baru kali ini berkesempatan mengunjunginya. Ternyata sangat banyak koleksi pesawat, senjata, foto, dan atribut militer di TNI AU yang dapat kita saksikan.

(Berpose di pesawat helikopter)

Museum ini termasuk tempat tujuan wisata favorit bagi banyak rombongan tour/studi banding yang berkunjung ke DIY. Terbukti, pada saat kami berkunjung, puluhan mobil bus besar dan kecil, serta mobil-mobil pribadi dari luar dan dalam DIY memenuhi tempat parkir yang tersedia.
Ruangan hanggar tempat pesawat-pesawat dan perlengkapan militer TNI AU dipajang, penuh sesak oleh pengunjung mulai dari anak (TK, SD, SMP, SMA), pemuda (Karangtaruna, Mahasiswa, dll), hingga dewasa (Ibu-ibu pengajian/PKK, Bapak-Bapak , dll) dan keluarga.
Para pengunjungpun tampak sangat menikmati kunjungannya di museum tersebut.

(Berpose di depan koleksi baju seragam TNI AU)

Biaya yang dikutip untuk dapat menyaksikan koleksi-koleksi dalam museum tersebut hanya sebesar Rp. 3000,- per orang, jadi tak terlalu mahal jika dibandingkan dengan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang akan kita peroleh setelah berkunjung ke museum. Jika kita datang secara berombongan, maka petugas piket dari TNI AU akan memandu kita sambil memberi penjelasan dan menjawab pertanyaan yang diajukan pengunjung museum.

Museum selayaknya menjadi wahana pendidikan diluar rutinitas belajar mengajar, demikian disampaikan akademisi Perancis Dr. Philippe Grange dalam Semiloka “Pengembangan Potensi Museum Indonesia”, Sabtu (12/4) di Auditorium ITB.

Di Indonesia, terdapat banyak museum-museum.
Menurut Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Depbudpar Hari Untoro Dradjat (20/06/07) terdapat sebanyak 287 museum dalam pengelolaan pemerintah. Museum yang terawat dengan baik hanya 60 persennya. Museum yang dikelola swasta/pribadi juga banyak.

Di setiap Propinsi ada museum masing-masing. Di Jawa Tengah ada Museum Ronggowarsito, Museum Rekor Indonesia atau MURI di Semarang, Museum Kereta Api Ambarawa, Museum Kapal Samudraraksa-Borobudur, Museum Radya Pustaka di Surakarta, dll. Di Yogyakarta ada Museum Benteng Vredenberg, Jogja Kembali, Biologi, Wayang, Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman, dll.
Di Jakarta ada
Museum Nasional, Museum Indonesia TMII, Monumen Air Mancur, Proklamator, Museum Sumpah Pemuda, dll. Di Bandung ada Museum Geologi, Mandala Wangsit, Sri Baduga, Asia Afrika, serta Museum Pos dan Giro, dll. Begitupun di Propinsi2 lain.

(Berpose di depan bekas Pesawat pembom TNI-AU)

Sungguh banyak yg dapat kita peroleh dengan berkunjung ke museum sejarah, museum seni dan Museum sains. Salah satu persoalan yang dihadapi pengelolaan museum adalah rendahnya minat kunjungan warga. Parahnya, sebagian pengunjung merupakan ‘paksawan’ (orang-orang yg terpaksa ke museum), termasuk dalam kelompok ini adalah murid–murid sekolah yang mengikuti program study tour.
Museum hanya ramai jika sedang ada rombongan kunjungan study tour dari sekolah-sekolah, instansi. Selebihnya rasanya selalu sepi dari pengunjung.

Mungkin kita lebih memilih mengunjungi shopping, mall, tempat rekreasi, atau tempat hiburan lainnya ketimbang mengunjungi museum. Katanya Bosen main ke museum karena Cuma itu-itu aja? Kalo ke mal, bisa belanja, nonton, main game, dan melakukan segudang kegiatan lain yang menyenangkan. Berkunjung ke museum, is no fun at all! Tapi benarkah demikian ?

Ada suatu penelitian yang mengatakan karakter masyarakat kelas atas atau masyarakat terdidik adalah rajin ke museum, menggemari musik klasik dan rajin datang ke konser. Mungkin ada benarnya sebab hanya orang beruang yang bisa mengakses itu semua. Tapi di Jepang, karena ongkosnya terjangkau, maka masyarakat kelas bawah pun kadang-kadang dapat tiket konser gratis atau murah (^_^).

Wah, sepertinya kontras banget dengan yang terjadi di masyarakat Indonesia, ya?
Makanya mulai saat ini kami bertekad akan rajin berkunjung ke museum-museum pada saat libur/weekend, untuk
mendapatkan pengalaman dan pembelajaran yang berharga. Membawa anak-anak ke dalam suasana belajar sambil berlibur, dan menjadi bagian dari masyarakat kelas atas atau masyarakat terdidik... Amin...!

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home